FATIMAH AL-FIHR PENDIRI UNIVERSITAS PERTAMA DI DUNIA
Apa kalian tau
siapa pendiri Universitas pertama ? mungkin dari kalian masih bertanya tanya,
siapa yang telah mendirikannya dan bagaimana asal-usulnya, Barangkali yang
terlintas dalam pikiran adalah Kehebatan Eropa yang hari ini begitu pesat
kemajuannya dalam ilmu pengetahuan. Tapi kenyataannya begitu berbeda, ternyata
bukan Eropa. Terlebih, pencetus dan pendiri Universitas pertama di dunia
ternyata adalah seorang perempuan Muslim. Fakta ini akan membantah semua
pernyataan buruk yang menganggap perempuan Muslim adalah perempuan yang
tertekan atau tertindas yang tidak mampu berbuat apapun.
Dia adalah Fatimah
al-Fihri, wanita Muslim yang mendirikan Universitas pertama di dunia. Tidak
hanya sekedar pendiri, ide mengenai Universitas ini dan penentuan lokasinya pun
semuanya berasal dari dia. Kehadiran Universitas pertama di dunia ini akan
mengubah wajah seluruh pendidikan tinggi di dunia selamanya. Di masa depan Universitas ini
nantinya akan mempunyai pengaruh yang besar bagi dunia pendidikan di wilayah
Timur Tengah, dan bahkan Eropa. Salah satu lulusan terbaik dari Universitas ini
di kemudian hari akan membuat revolusi pendidikan dan kesarjanaan di Eropa.
Nama dari Universitas pertama di dunia ini adalah Universitas Qairouan (Al-Qarawiyyin).
Fatimah al-Fihri
adalah seorang janda Muslim kaya yang bertekad menggunakan harta warisannya
untuk sesuatu yang berbeda. Pada tahun 859, di kota Fes, Maroko, Fatimah
mendapatkan izin dari penguasa setempat untuk mendirikan sebuah Universitas.
Hal yang dilakukan oleh Fatimah pada waktu itu adalah suatu hal yang akan
mengubah wajah pendidikan di dunia selamanya. Berdasarkan UNESCO dan the
book Guinness World Records, Universitas Qairouan adalah
Universitas pertama dan juga tertua yang memberikan gelar bagi para lulusannya.
Fatimah bukan merupakan penduduk asli Fes, dia berasal dari kota Qairouan, atau pada saat ini dikenal
dengan Tunisia. Pada waktu itu Qairouan merupakan kota pertama yang menjadi
pusat studi Islam di Afrika. Ayah Fatimah yaitu Muhammad al-Fihri, merupakan
pedagang sukses yang terpaksa memindahkan keluarganya sejauh lebih dari 1600 km
dari Qairouan ke Fes di Maroko.
Pada saat itu Ayah
Fatimah dalam waktu 10 tahun ketika menetap di Ibu Kota baru tersebut telah
berhasil sukses kembali, dan saat dia meninggal, Fatimah dan saudara-saudaranya
mewarisi kekayaan yang sangat besar.
Lalu Fatimah
berjanji untuk menghabiskan seluruh warisannya pada pembangunan masjid yang
cocok untuk komunitasnya. Dalam perkembangannya, selain tempat untuk ibadah,
masjid yang didirikan Fatima ini berkembang menjadi tempat untuk pelajaran
agama dan diskusi politik, dan secara bertahap memperluas pendidikan untuk berbagai
mata pelajaran, khususnya ilmu alam. Inilah awal pendirian Universitas Karaouin
(Qarawiyyin) yang melandaskan pembelajaran lintas ilmu terpadu dengan masjid sebagai
pusatnya.
Universitas
Karaouin (Qarawiyyin) memiliki peran utama dalam memadukan dan menjalin
hubungan antara budaya dan dunia akademis antara Islam dan Eropa pada abad
pertengahan. Di antara mata pelajaran yang diajarkan di universitas ini, di samping
Al Qur’an dan ilmu Fiqih (hukum Islam) yang menjadi pelajaran utama, adalah
tata bahasa, retorika, logika, kedokteran, matematika, astronomi, kimia,
sejarah, geografi dan musik.
Para pelopor
akademisi abad pertengahan seperti Ibnu Maimun (Maimonides), (1135–1204),
Kartografer Al- Idrissi (w.1166 M), Ibnu Al- Arabi (1165-1240 M), Ibnu Khaldun
(1332-1395 M), Ibnu AL Khatib, Al- Bitruji (Alpetragius), Ibnu Hirzihim,
Al- Wazzan, Ibnu Rushayd Al Sabti (w. 1321), Mohammed bin al- Hajj al-Abdari
al-Fasi (w. 1336),
teoritikus terkemuka dari mazhab Maliki Abu Imran al-Fasi
(w. 1015), tercatat dalam sejarah pernah terafiliasi dengan Universitas
Karaouin baik sebagai mahasiswa atau dosen. Tidak sebatas para ilmuan dan
cendikiawan dari kalangan muslim saja yang pernah belajar atau mengajar di
universitas ini, diketahui beberapa cendekiawan Kristen dan Yahudi juga tercatat
pernah mengunjungi Al-Qarawiyyin. Beberapa dari tokoh tersebut adalah tokoh Belgia, Nicolas Cleynaerts, tokoh Belanda, Golius, seorang pengelana terkenal dan penulis Leo Africanus, dan Rabbi Mosse ben Maimon. Bahkan diketahui, pada abad ke sepuluh, Paus Sylvester II menjadi salah satu orang Eropa pertama yang mendukung untuk mempelajari matematika yang dikembangkan para cendikiawan muslim setelah ia menghabiskan waktu untuk belajar di Spanyol dan Afrika Utara. Namun tidak ada catatan pasti yang menyatakan apakah Paus Sylvester II juga mengunjungi Al-Qarawiyyin dalam petualangan pendidikannya.
Komentar
Posting Komentar